Umar S.Bakry
"SBY itu capres paling pusing sekarang ini. Suara paling besar justru paling sulit menentukan cawapres," cetus Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nusantara (LSN), Umar S Bakry dalam perbincangannya dengan wartawan.
Menurut Umar, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu harus dapat memberikan keadilan bagi parpol-parpol yang berkoalisi dengannya. Sebab jika salah, bukan tidak mungkin salah satu mitra koalisinya akan keluar membentuk koalisi baru atau bergabung dengan koalisi yg sudah ada.
"Pilihan sulit bagi SBY, bagaikan makan buah simalakama. Hatta salah, Boediono salah. Kalau diambil salah satu tokoh yang berkoalisi akan timbul kecemburuan," jelas kandidat doktor di University Sains Malaysia (USM), Penang ini.
PKS, partai yang mendapatkan suara lebih besar dari PAN akan sangat kecewa jika SBY menjadikan Hatta Rajasa sebagai cawapresnya. Dan sangat mungkin bergabung dengan Partai Gerindra. Apalagi, SBY berkeinginan jangan sampai Prabowo Subianto menjadi capres.
"Tatapi jika yang diambil PKS sangat mungkin PAN akan keluar. Karena bergabungnya PAN dijanjikan menjadi cawapres. Untuk keadilan dan tidak terlalu cemburu, saling iri, diambil tokoh non parpol," terang mantan peneliti Pusat Studi Demokrasi ini.
Jadi salah satu yang bisa dilakukan SBY untuk menghibur parpol yang kecewa, adalah jatah kursi menterinya ditambah. "Namun hal itu tidak mudah, sebab semua parpol yang berkoalisi dengan SBY pasang harga tinggi. PKB, PAN PKS, semua pasang harga tinggi," tandas Umar.
Menjadi pemenang pemilu legislatif ternyata tidak menguntungkan posisi SBY. Sebab saat ini capres Partai Demokrat itu dipusingkan harus memilih siapa pendampingnya di antara mitra koalisinya.
"SBY itu capres paling pusing sekarang ini. Suara paling besar justru paling sulit menentukan cawapres," cetus Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nusantara (LSN), Umar S Bakry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar