Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdiknas menerapkan proses belajar mengajar berbasis TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) kepada siswa SMP Terbuka mulai tahun 2009 yang diharapkan dapat memacu dan memotivasi minat belajar siswa secara mandiri, sebagai ciri khas cara belajar di SMP Terbuka.
Dirjen Manajemen Dikdasmen Suyanto di Jakarta, Jumat, menuturkan, salah satu ciri khas SMP Terbuka adalah cara belajar siswa yang menitikberatkan pada belajar mandiri, baik perseorangan maupun kelompok.
Karenanya, untuk lebih memacu dan mendorong minat siswa mandiri tersebut diperlukan adanya berbagai upaya inovatif.
"Meskipun telah dicoba berbagai upaya, hambatan kendala waktu ternyata bukan hanya menjadi milik mereka dari keluarga tidak mampu yang belajar di SMP Terbuka. Banyak pula anak-anak dari keluarga mampu mengalami kendala yang sama, karena kesibukan dalam menjalankan profesi yang pada waktu itu belum mereka lakoni," kata Suyanto.
Menghadapi kondisi tersebut, melalui Direktorat Pembinaan SMP bekerja sama dengan Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan melakukan inovasi proses pembelajaran di SMP Terbuka menjadi lebih luas lagi. Caranya, dengan meningkatkan mutu pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya TIK.
"Jadi, siapa pun bisa menjadi siswa SMP Terbuka. Karena SMP Terbuka akan memberikan pelayanan pendidikan kepada siapa pun anak usia 13– 5 tahun dari semua kalangan, yang mempunyai kendala waktu untuk mengikuti pelajaran di SMP reguler," ujaranya.
Untuk merealisasikan program dimaksud, berbagai upaya persiapan dilakukan, di antaranya penyusunan rancangan tahap pertama berupa naskah akademik dan "Grand Design" program pembelajaran berbasis TIK, menuju terselenggaranya SMP Terbuka Jarak Jauh.
Selain itu, juga menyelenggarakan serangkaian workshop penyamaan persepsi, pengembangan jalinan kemitraan dengan berbagai lembaga pendukung, penyempurnaan program pembelajaran, hingga sosialisasi kepada khalayak.
Ditargertkan pada Ramadhan 1430 Hijriyah ini menjadi waktu yang tepat untuk memulai pencanangannya. Saya berharap pada saatnya SMP Terbuka bukan lagi menjadi SMP kelas dua, tetapi dapat menjadi pilihan lain bagi anak-anak yang karena berbagai alasan, menjadi pilihan dalam memperoleh layanan pendidikan yang tetap unggul.
"Karena saat ini saja jumlah SMP Terbuka sudah mencapai 2.270 sekolah tersebar di seluruh Indonesia," demikian Suyanto.
Dirjen Manajemen Dikdasmen Suyanto di Jakarta, Jumat, menuturkan, salah satu ciri khas SMP Terbuka adalah cara belajar siswa yang menitikberatkan pada belajar mandiri, baik perseorangan maupun kelompok.
Karenanya, untuk lebih memacu dan mendorong minat siswa mandiri tersebut diperlukan adanya berbagai upaya inovatif.
"Meskipun telah dicoba berbagai upaya, hambatan kendala waktu ternyata bukan hanya menjadi milik mereka dari keluarga tidak mampu yang belajar di SMP Terbuka. Banyak pula anak-anak dari keluarga mampu mengalami kendala yang sama, karena kesibukan dalam menjalankan profesi yang pada waktu itu belum mereka lakoni," kata Suyanto.
Menghadapi kondisi tersebut, melalui Direktorat Pembinaan SMP bekerja sama dengan Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan melakukan inovasi proses pembelajaran di SMP Terbuka menjadi lebih luas lagi. Caranya, dengan meningkatkan mutu pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya TIK.
"Jadi, siapa pun bisa menjadi siswa SMP Terbuka. Karena SMP Terbuka akan memberikan pelayanan pendidikan kepada siapa pun anak usia 13– 5 tahun dari semua kalangan, yang mempunyai kendala waktu untuk mengikuti pelajaran di SMP reguler," ujaranya.
Untuk merealisasikan program dimaksud, berbagai upaya persiapan dilakukan, di antaranya penyusunan rancangan tahap pertama berupa naskah akademik dan "Grand Design" program pembelajaran berbasis TIK, menuju terselenggaranya SMP Terbuka Jarak Jauh.
Selain itu, juga menyelenggarakan serangkaian workshop penyamaan persepsi, pengembangan jalinan kemitraan dengan berbagai lembaga pendukung, penyempurnaan program pembelajaran, hingga sosialisasi kepada khalayak.
Ditargertkan pada Ramadhan 1430 Hijriyah ini menjadi waktu yang tepat untuk memulai pencanangannya. Saya berharap pada saatnya SMP Terbuka bukan lagi menjadi SMP kelas dua, tetapi dapat menjadi pilihan lain bagi anak-anak yang karena berbagai alasan, menjadi pilihan dalam memperoleh layanan pendidikan yang tetap unggul.
"Karena saat ini saja jumlah SMP Terbuka sudah mencapai 2.270 sekolah tersebar di seluruh Indonesia," demikian Suyanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar