Aksi unjuk rasa puluhan mahasiswa dan pemuda di kantor Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) Jln. Latuharhari, Jakarta Pusat, terkait dengan proses persidangan para pejuang Provinsi Tapanuli (Protap) di Pengadilan Negeri Medan, Rabu kemarin (12/8) masih berlanjut.
Beberapa spanduk atau poster masih terlihat digelar di ruang tunggu tempat pengaduan masyarakat Komnas HAM. Paling menonjol adalah berbunyi : “Aksi Mogok Makan Untuk Keadilan Mahasiswa Tapanuli, Jangan Bungkam Suara Rakyat Tapanuli.”
Sejak Rabu siang kemarin, bertambah pula sebuah spanduk sepanjang 10 meter, yang memuat tanda simpati terhadap aksi unjuk rasa para pemuda dan mahasiswa di Komnas HAM, termasuk tentunya perjuangan mulia yang dilakukan oleh para pejuang Protap, yang kini menghadapi proses hukum di Pengadilan Negeri Medan.
Dalam spanduk tersebut, disamping tanda tangan pakai spidol, ditulis pula beberapa pesan, antara lain menyebutkan : “Maju Terus Pantang Mundur”, “Teruskan Perjuanganmu”, “Jangan Kendor Semangatmu”.
Spanduk ini tampaknya sengaja dipasang untuk menarik simpati dan mengumpulkan tanda tangan, siapa saja yang bersedia. Sampai jam 15.00 wib, Rabu kemarin sudah ada beberapa yang menandatanganinya secara spontan.
Dua mahasiswa asal Tapanuli, masing-masing, Dapot Rajagukguk dan Frans Manalu, masih melanjutkan aksi mogok makan. Rabu siang kemarin, kondisi tubuh keduanya kelihatan sudah agak lemas, namun masih bisa diajak bicara walaupun hanya sepotong-sepotong.
Pakaian, berupa baju dan celana keduanya masih seperti yang dipakai sejak sehari sebelumnya (Selasa 11/8) karena belum diganti. Frans mengenakan kaus warna coklat dan Dapot memakai kemeja warna biru petak-petak.
Keduanya belum bisa memastikan sampai kapan tidak makan, sebagai salah satu cara atau upaya untuk mengetuk hati dan perhatian instansi pemerintah, khususnya aparat penegak hukum di Pengadilan Negeri Medan, terutama Hakim, Jaksa dan kuasa hukum yang terkait dengan peradilan para pejuang Protap.
“Belum tau bang, sampai kapan mogok makan ini berhenti, kita lihat saja kondisi dan perkembangannya,” kata Frans Manalu kepada sejumlah wartawan.
Jika siang hari Rabu kemarin, Frans dan Dapot masih bisa diajak bincang-bincang, sore harinya tidak demikian lagi. Keduanya, tutup mulut, dengan memakai lakban. Apabila diajak ngomong, suaranya tidak lagi terdengar dengan jelas.
Dapot adalah alumni Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Tarutung, Tapanuli Utara dan Frans alumni Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Beri support
Jika Dapot dan Frans melakukan aksi mogok makan, puluhan pemuda, mahasiswa dan simpatisan lainnya, sejak pagi, siang dan sore hari datang silih berganti untuk memberi support. Yuli br Pangaribuan misalnya, datang sore hari ditemani beberapa kawan.
Begitu melihat Dapot dan Frans dari dekat, Yuli br Pangaribuan yang memakai celana panjang jeans warna biru langsung membubuhkan tandatangan di spanduk yang dipajang di depan ruangan tempat pengaduan kantor Komnas HAM.
“Saya sangat simpati terhadap perjuangan mereka,” kata Yuli yang berwajah cantik ini. Dapat ditambahkan, aksi unjuk rasa di kantor Komnas HAM ini mendapat perhatian besar dari para pengunjung yang datang ke Komnas HAM, sementara karyawan tetap melakukan aktivitas sebagaimana biasa.
Beberapa spanduk atau poster masih terlihat digelar di ruang tunggu tempat pengaduan masyarakat Komnas HAM. Paling menonjol adalah berbunyi : “Aksi Mogok Makan Untuk Keadilan Mahasiswa Tapanuli, Jangan Bungkam Suara Rakyat Tapanuli.”
Sejak Rabu siang kemarin, bertambah pula sebuah spanduk sepanjang 10 meter, yang memuat tanda simpati terhadap aksi unjuk rasa para pemuda dan mahasiswa di Komnas HAM, termasuk tentunya perjuangan mulia yang dilakukan oleh para pejuang Protap, yang kini menghadapi proses hukum di Pengadilan Negeri Medan.
Dalam spanduk tersebut, disamping tanda tangan pakai spidol, ditulis pula beberapa pesan, antara lain menyebutkan : “Maju Terus Pantang Mundur”, “Teruskan Perjuanganmu”, “Jangan Kendor Semangatmu”.
Spanduk ini tampaknya sengaja dipasang untuk menarik simpati dan mengumpulkan tanda tangan, siapa saja yang bersedia. Sampai jam 15.00 wib, Rabu kemarin sudah ada beberapa yang menandatanganinya secara spontan.
Dua mahasiswa asal Tapanuli, masing-masing, Dapot Rajagukguk dan Frans Manalu, masih melanjutkan aksi mogok makan. Rabu siang kemarin, kondisi tubuh keduanya kelihatan sudah agak lemas, namun masih bisa diajak bicara walaupun hanya sepotong-sepotong.
Pakaian, berupa baju dan celana keduanya masih seperti yang dipakai sejak sehari sebelumnya (Selasa 11/8) karena belum diganti. Frans mengenakan kaus warna coklat dan Dapot memakai kemeja warna biru petak-petak.
Keduanya belum bisa memastikan sampai kapan tidak makan, sebagai salah satu cara atau upaya untuk mengetuk hati dan perhatian instansi pemerintah, khususnya aparat penegak hukum di Pengadilan Negeri Medan, terutama Hakim, Jaksa dan kuasa hukum yang terkait dengan peradilan para pejuang Protap.
“Belum tau bang, sampai kapan mogok makan ini berhenti, kita lihat saja kondisi dan perkembangannya,” kata Frans Manalu kepada sejumlah wartawan.
Jika siang hari Rabu kemarin, Frans dan Dapot masih bisa diajak bincang-bincang, sore harinya tidak demikian lagi. Keduanya, tutup mulut, dengan memakai lakban. Apabila diajak ngomong, suaranya tidak lagi terdengar dengan jelas.
Dapot adalah alumni Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Tarutung, Tapanuli Utara dan Frans alumni Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Beri support
Jika Dapot dan Frans melakukan aksi mogok makan, puluhan pemuda, mahasiswa dan simpatisan lainnya, sejak pagi, siang dan sore hari datang silih berganti untuk memberi support. Yuli br Pangaribuan misalnya, datang sore hari ditemani beberapa kawan.
Begitu melihat Dapot dan Frans dari dekat, Yuli br Pangaribuan yang memakai celana panjang jeans warna biru langsung membubuhkan tandatangan di spanduk yang dipajang di depan ruangan tempat pengaduan kantor Komnas HAM.
“Saya sangat simpati terhadap perjuangan mereka,” kata Yuli yang berwajah cantik ini. Dapat ditambahkan, aksi unjuk rasa di kantor Komnas HAM ini mendapat perhatian besar dari para pengunjung yang datang ke Komnas HAM, sementara karyawan tetap melakukan aktivitas sebagaimana biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar