Pakar komunikasi Universitas Indonesia Effendi Ghazali menilai media massa telah berfungsi sebagai alat yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan terorisme.
"Langsung atau tidak langsung, media telah berhasil menjadi corong, penyampai pesan bagi para teroris untuk menyebarkan propagandanya," katanya dalam diskusi publik Strategi Komunikasi Lembaga Kepresidenan Menghadapi Terorisme di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, selama ini media lebih banyak memberitakan akibat yang ditimbulkan oleh para teroris dengan menampilkan berulang-ulang kerusakan yang terjadi dan para korban yang terluka dengan penanganan seadanya.
Dalam tampilan seperti itu, teroris ingin menyampaikan pesan "Jika Anda di Indonesia Maka Itulah Yang Akan Terjadi Pada Anda,". Melalui berbagai tayangan itu, teroris berhasil menyebarkan ketakutan di mana-mana mulai dari rakyat kecil hingga ke pelaku ekonomi, lantai bursa dan sebagainya.
"Sebagai tayangan terjadinya suatu peristiwa, itu sah-sah saja. Tetapi juga jangan menayangkan berhari-hari karena itu justru akan menjadi alat bagi teroris itu menyampaikan propagandanya, yakni menebar ketakutan di mana-mana," ujar Effendi.
Menurut dia, media seharusnya lebih banyak menyuarakan persatuan dan kebersamaan bangsa dalam menghadapi terorisme.
Effendi mencontohkan apa yang dilakukan media-media massa di Amerika Serikat pasca serangan teror di negara mereka, yakni pemerintah segera mengkampanyekan perlunya semua lapisan masyarakat Amerika bersatu dibelakang pemerintahnya menghadapi teroris.
Selain itu, juga dikampanyekan suara-suara agar tidak boleh ada lagi berbagai kerusakan akibat aksi terorisme di negara mereka.
"Jadi hal-hal seperti itu yang seharusnya diekspos dan bukan sekedar menayangkan berulang-ulang korban maupun kerusakan hasil kerja teroris itu," katanya. (ant)
Ia mengatakan, selama ini media lebih banyak memberitakan akibat yang ditimbulkan oleh para teroris dengan menampilkan berulang-ulang kerusakan yang terjadi dan para korban yang terluka dengan penanganan seadanya.
Dalam tampilan seperti itu, teroris ingin menyampaikan pesan "Jika Anda di Indonesia Maka Itulah Yang Akan Terjadi Pada Anda,". Melalui berbagai tayangan itu, teroris berhasil menyebarkan ketakutan di mana-mana mulai dari rakyat kecil hingga ke pelaku ekonomi, lantai bursa dan sebagainya.
"Sebagai tayangan terjadinya suatu peristiwa, itu sah-sah saja. Tetapi juga jangan menayangkan berhari-hari karena itu justru akan menjadi alat bagi teroris itu menyampaikan propagandanya, yakni menebar ketakutan di mana-mana," ujar Effendi.
Menurut dia, media seharusnya lebih banyak menyuarakan persatuan dan kebersamaan bangsa dalam menghadapi terorisme.
Effendi mencontohkan apa yang dilakukan media-media massa di Amerika Serikat pasca serangan teror di negara mereka, yakni pemerintah segera mengkampanyekan perlunya semua lapisan masyarakat Amerika bersatu dibelakang pemerintahnya menghadapi teroris.
Selain itu, juga dikampanyekan suara-suara agar tidak boleh ada lagi berbagai kerusakan akibat aksi terorisme di negara mereka.
"Jadi hal-hal seperti itu yang seharusnya diekspos dan bukan sekedar menayangkan berulang-ulang korban maupun kerusakan hasil kerja teroris itu," katanya. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar