Sejumlah warga Desa Pakisan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengakui polisi sering mendatangi rumah Maruto Jati Sulistyo yang diduga sebagai anggota jaringan teroris Noordin M Top.
"Namun, sampai saat ini kami tidak mengetahui maksud kedatangan polisi tersebut ke rumah Maruto yang merupakan salah satu warga daerah ini," kata Ketua RW setempat, Eko Budi Santosa di Klaten, Sabtu.
Dia mengatakan, petugas polisi yang dimaksud kemungkinan adalah petugas dari tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
"Sejak Maruto diduga sebagai anggota jaringan teroris Noordin M Top yang bertugas merekrut pelaku bom bunuh diri, suasana di daerah ini terlihat berbeda karena polisi sering mendatangi daerah ini," katanya.
Mengenai keterlibatan salah seorang warganya pada jaringan teroris tersebut, dia mengatakan, warga desa tidak menyangka karena Maruto dikenal tetangga selama ini berperilaku sopan dan tidak sombong.
Berbeda dengan anggota keluarga yang lain, lanjutnya, Suyono dan Sri Mulyani, yang merupakan orang tua Maruto cenderung tertutup dan jarang bergaul dengan warga lainnya.
Hal itulah, kata Eko, yang membuat para warga tidak menyangka keterlibatan Maruto pada sejumlah kasus terorisme di Indonesia.
"Akan tetapi, yang terlihat berbeda pada Maruto adalah dia dikenal sebagai sosok yang misterius karena kedatangannya di desa ini sering tidak menentu. Warga terakhir melihat Maruto pada 2003 setelah dia menikah," katanya.
Selain tinggal di Klaten, Maruto juga terdaftar sebagai warga RT 04 RW 06, Dusun Gedangan, Boja, Kabupaten Kendal.
"Sampai saat ini kami juga tidak mengetahui keberadaan Maruto. Keterangan dari pihak keluarga juga tidak pernah kami dapatkan karena tertutupnya keluarga Maruto," kata Eko Budi Santosa.
Senada dengan itu, seorang warga yang merupakan teman masa kecil Maruto, Maryanto mengatakan, kedatangan petugas kepolisian ke rumah tersebut seirng dilakukan.
"Paling tidak setiap dua minggu sekali ada petugas yang datang ke rumah tersebut. Karena seringnya kedatangan polisi di daerah ini, warga sudah terbiasa," katanya.
Akan tetapi, lanjutnya, para warga ikut prihatin terhadap kejadian yang menimpa keluarga Suyono.
Mengenai kesan masyarakat terhadap keluarga Suyono, dia mengatakan, keluarga tersebut termasuk sebagai keluarga yang terpandang.
"Suyono yang merupakan mantan Kepala Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kota Semarang pulang ke daerah ini setelah memasuki masa pensiun. Setelah dia kembali menjadi warga di daerah ini, dia menjabat sebagai anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Pakisan," kata Maryanto
"Namun, sampai saat ini kami tidak mengetahui maksud kedatangan polisi tersebut ke rumah Maruto yang merupakan salah satu warga daerah ini," kata Ketua RW setempat, Eko Budi Santosa di Klaten, Sabtu.
Dia mengatakan, petugas polisi yang dimaksud kemungkinan adalah petugas dari tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
"Sejak Maruto diduga sebagai anggota jaringan teroris Noordin M Top yang bertugas merekrut pelaku bom bunuh diri, suasana di daerah ini terlihat berbeda karena polisi sering mendatangi daerah ini," katanya.
Mengenai keterlibatan salah seorang warganya pada jaringan teroris tersebut, dia mengatakan, warga desa tidak menyangka karena Maruto dikenal tetangga selama ini berperilaku sopan dan tidak sombong.
Berbeda dengan anggota keluarga yang lain, lanjutnya, Suyono dan Sri Mulyani, yang merupakan orang tua Maruto cenderung tertutup dan jarang bergaul dengan warga lainnya.
Hal itulah, kata Eko, yang membuat para warga tidak menyangka keterlibatan Maruto pada sejumlah kasus terorisme di Indonesia.
"Akan tetapi, yang terlihat berbeda pada Maruto adalah dia dikenal sebagai sosok yang misterius karena kedatangannya di desa ini sering tidak menentu. Warga terakhir melihat Maruto pada 2003 setelah dia menikah," katanya.
Selain tinggal di Klaten, Maruto juga terdaftar sebagai warga RT 04 RW 06, Dusun Gedangan, Boja, Kabupaten Kendal.
"Sampai saat ini kami juga tidak mengetahui keberadaan Maruto. Keterangan dari pihak keluarga juga tidak pernah kami dapatkan karena tertutupnya keluarga Maruto," kata Eko Budi Santosa.
Senada dengan itu, seorang warga yang merupakan teman masa kecil Maruto, Maryanto mengatakan, kedatangan petugas kepolisian ke rumah tersebut seirng dilakukan.
"Paling tidak setiap dua minggu sekali ada petugas yang datang ke rumah tersebut. Karena seringnya kedatangan polisi di daerah ini, warga sudah terbiasa," katanya.
Akan tetapi, lanjutnya, para warga ikut prihatin terhadap kejadian yang menimpa keluarga Suyono.
Mengenai kesan masyarakat terhadap keluarga Suyono, dia mengatakan, keluarga tersebut termasuk sebagai keluarga yang terpandang.
"Suyono yang merupakan mantan Kepala Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kota Semarang pulang ke daerah ini setelah memasuki masa pensiun. Setelah dia kembali menjadi warga di daerah ini, dia menjabat sebagai anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Pakisan," kata Maryanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar