Ratusan siswa SD 49 Inpres Sangalea Kabupaten Maros, Sulsel, sudah sepekan belajar di teras sekolah karena ruang kelas mereka dikunci oleh kepala sekolah (Kepsek).
Salah satu guru sekolah tersebut, Baharuddin mengatakan di Maros, Kamis, Kepsek Makmur Nurdin mengunci kelas karena para guru membangkang larangan tentang kegiatan belajar mengajar pada siang hari.
Baharuddin menjelaskan para siswa belajar dengan duduk di lantai dan menggunakan kaca jendela ruangan serta spidol sebagai penggganti papan tulis dan kapur.
Sekolah yang terletak di Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale tersebut menerapkan pola pengajaran paralel atau terbagi dua waktu, yakni pagi dan siang.
"Siswa kelas satu sampai kelas tiga yang masuk pagi. Kelas empat sampai enam, masuk siang. Kami sengaja bagi dua, karena jumlah siswa sangat banyak, 367 orang, jadi sangat tidak efektif kalau semua belajar pagi. Apalagi ruangan yang ada cuma enam kelas," katanya.
Baharuddin menjelaskan, kisruh di sekolah itu dimulai saat penunjukan Makmur Nurdin sebagai pejabat Kepsek yang dinilai tidak prosedural.
Seharusnya, kata dia, sebelum penunjukan harus ada persetujuan dari guru-guru dan komite sekolah serta rekomendasi-rekomendasi penting lainnya.
"Tapi ini justru tanpa basa basi penujukan langsung dari Dinas Pendidikan Maros," ujarnya.
Menurut Baharuddin, para guru bahkan pernah melakukan unjukrasa ke DPRD Maros, tapi sampai sekarang masalah tersebut belum ditindaklanjuti dan hubungan anatara kedua pihak tersebut semakin tidak harmonis.
Menanggapi kondisi itu, kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Maros, Arman Arsyad membenarkan situasi tersebut terjadi akibat perseteruan antara Kepsek dan para guru tentang boleh tidaknya ada kegiatan belajar pada siang hari.
"Mereka sudah tahu tidak boleh mengajar siang lagi, tapi tetap memaksa," katanya.
Namun ia membantah kalau peristiwa penguncian kelas itu merupakaan perintah Diknas Maros dan menurutnya langkah yang diambil kepala sekolah tersebut guna mengefektifkan proses belajar mengajar.
"Saya memahami alasan para guru berseteru dengan kepsek. Tapi mestinya, kita biarkan dulu semua berjalan baru kita lihat bagaimana kinerjanya" ujarnya.
Agar masalah tersebut tak berlarut-larut, ia mengatakan akan menyelesaikannya namun penguncian kelas masih berjalan hingga pekan depan.
Sementara itu, Kepsek Makmur Nurdin yang hendak dikonfirmasi masalah tersebut, sampai saat ini menyatakan belum ingin memberi penjelasan. (ant)
Salah satu guru sekolah tersebut, Baharuddin mengatakan di Maros, Kamis, Kepsek Makmur Nurdin mengunci kelas karena para guru membangkang larangan tentang kegiatan belajar mengajar pada siang hari.
Baharuddin menjelaskan para siswa belajar dengan duduk di lantai dan menggunakan kaca jendela ruangan serta spidol sebagai penggganti papan tulis dan kapur.
Sekolah yang terletak di Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale tersebut menerapkan pola pengajaran paralel atau terbagi dua waktu, yakni pagi dan siang.
"Siswa kelas satu sampai kelas tiga yang masuk pagi. Kelas empat sampai enam, masuk siang. Kami sengaja bagi dua, karena jumlah siswa sangat banyak, 367 orang, jadi sangat tidak efektif kalau semua belajar pagi. Apalagi ruangan yang ada cuma enam kelas," katanya.
Baharuddin menjelaskan, kisruh di sekolah itu dimulai saat penunjukan Makmur Nurdin sebagai pejabat Kepsek yang dinilai tidak prosedural.
Seharusnya, kata dia, sebelum penunjukan harus ada persetujuan dari guru-guru dan komite sekolah serta rekomendasi-rekomendasi penting lainnya.
"Tapi ini justru tanpa basa basi penujukan langsung dari Dinas Pendidikan Maros," ujarnya.
Menurut Baharuddin, para guru bahkan pernah melakukan unjukrasa ke DPRD Maros, tapi sampai sekarang masalah tersebut belum ditindaklanjuti dan hubungan anatara kedua pihak tersebut semakin tidak harmonis.
Menanggapi kondisi itu, kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Maros, Arman Arsyad membenarkan situasi tersebut terjadi akibat perseteruan antara Kepsek dan para guru tentang boleh tidaknya ada kegiatan belajar pada siang hari.
"Mereka sudah tahu tidak boleh mengajar siang lagi, tapi tetap memaksa," katanya.
Namun ia membantah kalau peristiwa penguncian kelas itu merupakaan perintah Diknas Maros dan menurutnya langkah yang diambil kepala sekolah tersebut guna mengefektifkan proses belajar mengajar.
"Saya memahami alasan para guru berseteru dengan kepsek. Tapi mestinya, kita biarkan dulu semua berjalan baru kita lihat bagaimana kinerjanya" ujarnya.
Agar masalah tersebut tak berlarut-larut, ia mengatakan akan menyelesaikannya namun penguncian kelas masih berjalan hingga pekan depan.
Sementara itu, Kepsek Makmur Nurdin yang hendak dikonfirmasi masalah tersebut, sampai saat ini menyatakan belum ingin memberi penjelasan. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar