Jumat, Agustus 14, 2009

Politisi kawakan Sabam Sirait, Kamis kemarin (13/8/09) mengunjungi mahasiswa pelaku unjuk rasa yang diwarnai mogok makan, terkait dengan proses persidangan pejuang Propinsi Tapanuli (Protap) di kantor Komnas HAM, Jln.Latuharhari, Jakarta Pusat.

Mahasiswa tersebut mogok makan sejak Selasa sebagai protes atas hukuman berat yang dijatuhkan Hakim di Pengadilan Negeri Medan kepada rekan-rekan mahasiswa yang ikut demo ke DPRDSU 3 Pebruari 2009.

Dengan memakai kemeja batik lengan pendek, selain berdialog dengan peserta unjuk rasa, Sabam Sirait juga “mangulosi”, dan memberikan “ boras sipir ni tondi “ kepada dua alumni mahasiswa yang sejak Selasa lalu mogok makan yakni Frans Manalu dan Dapot Rajagukuk.

Ketika menyampaikan ulos dan boras sipir ni tondi itu, dalam bahasa daerah Tapanuli, Sabam Sirait mengemukakan, “Pir ma Tondim” yang kemudian disebutkan artinya yakni, semoga tubuhmu kuat dan jiwa serta pikiranmu sehat.

Politisi kondang yang juga anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) DPP PDI-P itu menyatakan dia datang menemui peserta unjuk rasa menyampaikan rasa simpati dan dukungan, karena perjuangan mereka sangat mulia untuk menuntut keadilan dan kebenaran.

Kedatangannya bukan pula bertitik tolak karena berat ringannya hukuman dan vonnis yang dijatuhkan Hakim Pengadilan Negeri Medan kepada para pejuang Protap, khususnya enam mahasiswa yang sudah di vonnis Pengadilan Negeri Medan masing-masing 5 tahun, karena kalau itu titik tolaknya berarti setuju ada hukuman. “Saya datang kesini, bukan karena berat ringannya hukuman. No! Saya datang, karena mereka itu tidak pantas dihukum. Tuntutannya tidak benar, karena tidak ada dasar hukumnya, bahkan tidak ada fakta-fakta yang mendukung,” ujar Sabam dengan suara lantang. “Masyak, ada orang yang berdiri saja disitu dihukum,” tambahnya.

Menurutnya, di Indonesia ini, bukan merupakan dosa kalau ada unjuk rasa membawa keranda. “Banyak demo, dimana-mana, membawa keranda kok,” tegasnya serius.
Terkait dengan itu, Sabam Sirait meminta dengan sangat kalau ada pengaruh politik dalam masalah Protap, termasuk dalam proses persidangan yang kini sedang berlangsung di Pengadilan Negeri Medan supaya segera diakhiri, sebelum masalahnya menjadi konfrontasi yang tidak perlu.

Menurut Sabam, apabila ada aparat penegak hukum, seperti Jaksa, Hakim, Kuasa Hukum, dan instasi terkait lainnya yang memihak pihak tertentu tanpa dilandasi dasar dan fakta hukum, akan ada tindakan atau langkah-langkah yang membuat masalah ini menjadi masalah besar.
“Kalau terjadi seperti itu (memihak red), kita akan membuat ini menjadi masalah yang besar,” ujar Sabam sembari meminta agar kepentingan politik segera diakhiri.

Dia menambahkan, dirinya datang menemui peserta unjuk rasa di Komnas HAM Jakarta, dengan meninggalkan rapat PDI-P.
Sebelum berangkat, selain meminta izin kepada Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri, dia juga pamit kepada beberapa anggota DPR RI terpilih dari PDI-P, antara lain, Panda Nababan, Trymedia Panjaitan, SH, MH, Dr Yasona Laoly, Tritamtomo dan lain-lain.
“Kepada Tritamtomo saya juga pamit,” tukas Sabam seraya menyebutkan, usai mengunjungi dan berdialog dengan para pengunjuk rasa, dirinya juga akan menyampaikan masalah tersebut kepada Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Memang, kata Sabam, sebelum menemui peserta unjuk rasa, ada suara-suara bisikan kepadanya bahwa, masalah Protap merupakan kepentingan elite politik. “Saya bilang tidak!” ucap Sirait seraya menyebutkan, kalaupun ada orang yang ingin menjadi Gubernur merupakan aspirasi atau keinginan yang sah-sah saja. Itu tidak salah. “Kaupun boleh juga menjadi Gubernur, si A, B dan C,” ujarnya seraya menunjuk beberapa orang yang ada di dekatnya. Dia juga berharap, jangan ada yang tuduh menuduh dalam kasus Protap. Misalnya, ada yang mengelompokkan yang mengumpulkan uang. Padahal, tambahnya, tidak ada pekerjaan di dunia ini yang tidak memerlukan uang.

“Jangan begitu dong !. Kalau pemilihan Bupati boleh pakai uang, tetapi memperjuangkan keadilan tidak boleh pakai uang,” ujarnya serius.

Kepada para pengunjuk rasa, Sabam meminta supaya berjuang untuk kepentingan seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Dia juga berpendapat, untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, tidak selalu konfrontatif, karena ada saatnya komunikatif. “Komunikasilah kepada siapa-siapa yang diduga tidak mengerti perjuangan ini,” katanya. Sementara itu, dalam waktu terpisah Saor Siagian SH dan Mangapul Silalahi, SH, menyampaikan terimakasih kepada Sabam Sirait, yang ditengah-tengah kesibukannya mengikuti rapat PDI-P masih menyempatkan diri mengunjungi para pengunjuk rasa.

“Kita berharap, agar penegak hukum, peka mendengar keluhan para pemuda dan mahasiswa yang menuntut rasa kemanusiaan, keadilan dan kebenaran,” ujar Saor Siagian. (sib)


Share/Save/Bookmark

Tidak ada komentar:

Posting Komentar