Sabtu, Juli 25, 2009

Police distribute Noordin M Top`s pictures in Sidoarjo



Police in Sidoarjo, East Java, have distributed pictures of wanted terrorist Noordin M Top following the bombings at two luxury hotels in Jakarta last Friday.

The Sidoarjo police`s head of community outreach affairs, Commissioner Fathoni, said here on Saturday the bombings in Jakarta had made police move fast in taking anticipatory measures.

"One of the measures is distributing the pictures of Noordin M Top to motorists passing through the district," he said.

He said the police involved police partners in the effort which were aimed at alarming the people on the threat of terrorism.

The activity was also done following orders from superiors to take anticipatory measures in their respective regions.

He hoped people would inform the police if they found suspicious people in their neighbourhood, saying distributing pictures was more effective than conducting sweeps in crowded places.

Motorists welcomed the effort. "We hope Sidoarjo will remain safe," some of them said.

Fathoni said the police had also distributed the pictures among people at fast-food restaurants.

Noordin`s fellow terrorist Dr Azahari was killed during a raid in Malang, East Java a few years ago.

Nine people were killed in the bombings at JW Marriott and Ritz-Carlton hotels early on Friday in Jakarta while more than fifty people had been wounded. Some foreigners were among the dead and the wounded in the incidents.

Police are still searching for the perpetrators of the incidents. The government strongly condemned the bombings and had vowed to catch the perpetrators. (ant)

Rumah Maruto Diduga Anggota Noordin M Top Sering Didatangi

Sejumlah warga Desa Pakisan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengakui polisi sering mendatangi rumah Maruto Jati Sulistyo yang diduga sebagai anggota jaringan teroris Noordin M Top.

"Namun, sampai saat ini kami tidak mengetahui maksud kedatangan polisi tersebut ke rumah Maruto yang merupakan salah satu warga daerah ini," kata Ketua RW setempat, Eko Budi Santosa di Klaten, Sabtu.

Dia mengatakan, petugas polisi yang dimaksud kemungkinan adalah petugas dari tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

"Sejak Maruto diduga sebagai anggota jaringan teroris Noordin M Top yang bertugas merekrut pelaku bom bunuh diri, suasana di daerah ini terlihat berbeda karena polisi sering mendatangi daerah ini," katanya.

Mengenai keterlibatan salah seorang warganya pada jaringan teroris tersebut, dia mengatakan, warga desa tidak menyangka karena Maruto dikenal tetangga selama ini berperilaku sopan dan tidak sombong.

Berbeda dengan anggota keluarga yang lain, lanjutnya, Suyono dan Sri Mulyani, yang merupakan orang tua Maruto cenderung tertutup dan jarang bergaul dengan warga lainnya.

Hal itulah, kata Eko, yang membuat para warga tidak menyangka keterlibatan Maruto pada sejumlah kasus terorisme di Indonesia.

"Akan tetapi, yang terlihat berbeda pada Maruto adalah dia dikenal sebagai sosok yang misterius karena kedatangannya di desa ini sering tidak menentu. Warga terakhir melihat Maruto pada 2003 setelah dia menikah," katanya.

Selain tinggal di Klaten, Maruto juga terdaftar sebagai warga RT 04 RW 06, Dusun Gedangan, Boja, Kabupaten Kendal.

"Sampai saat ini kami juga tidak mengetahui keberadaan Maruto. Keterangan dari pihak keluarga juga tidak pernah kami dapatkan karena tertutupnya keluarga Maruto," kata Eko Budi Santosa.

Senada dengan itu, seorang warga yang merupakan teman masa kecil Maruto, Maryanto mengatakan, kedatangan petugas kepolisian ke rumah tersebut seirng dilakukan.

"Paling tidak setiap dua minggu sekali ada petugas yang datang ke rumah tersebut. Karena seringnya kedatangan polisi di daerah ini, warga sudah terbiasa," katanya.

Akan tetapi, lanjutnya, para warga ikut prihatin terhadap kejadian yang menimpa keluarga Suyono.

Mengenai kesan masyarakat terhadap keluarga Suyono, dia mengatakan, keluarga tersebut termasuk sebagai keluarga yang terpandang.

"Suyono yang merupakan mantan Kepala Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kota Semarang pulang ke daerah ini setelah memasuki masa pensiun. Setelah dia kembali menjadi warga di daerah ini, dia menjabat sebagai anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Pakisan," kata Maryanto

Kamis, Juli 23, 2009

Kepsek Vs. Guru, Murid Jadi Korban

Ratusan siswa SD 49 Inpres Sangalea Kabupaten Maros, Sulsel, sudah sepekan belajar di teras sekolah karena ruang kelas mereka dikunci oleh kepala sekolah (Kepsek).

Salah satu guru sekolah tersebut, Baharuddin mengatakan di Maros, Kamis, Kepsek Makmur Nurdin mengunci kelas karena para guru membangkang larangan tentang kegiatan belajar mengajar pada siang hari.

Baharuddin menjelaskan para siswa belajar dengan duduk di lantai dan menggunakan kaca jendela ruangan serta spidol sebagai penggganti papan tulis dan kapur.

Sekolah yang terletak di Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale tersebut menerapkan pola pengajaran paralel atau terbagi dua waktu, yakni pagi dan siang.

"Siswa kelas satu sampai kelas tiga yang masuk pagi. Kelas empat sampai enam, masuk siang. Kami sengaja bagi dua, karena jumlah siswa sangat banyak, 367 orang, jadi sangat tidak efektif kalau semua belajar pagi. Apalagi ruangan yang ada cuma enam kelas," katanya.

Baharuddin menjelaskan, kisruh di sekolah itu dimulai saat penunjukan Makmur Nurdin sebagai pejabat Kepsek yang dinilai tidak prosedural.

Seharusnya, kata dia, sebelum penunjukan harus ada persetujuan dari guru-guru dan komite sekolah serta rekomendasi-rekomendasi penting lainnya.

"Tapi ini justru tanpa basa basi penujukan langsung dari Dinas Pendidikan Maros," ujarnya.

Menurut Baharuddin, para guru bahkan pernah melakukan unjukrasa ke DPRD Maros, tapi sampai sekarang masalah tersebut belum ditindaklanjuti dan hubungan anatara kedua pihak tersebut semakin tidak harmonis.

Menanggapi kondisi itu, kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Maros, Arman Arsyad membenarkan situasi tersebut terjadi akibat perseteruan antara Kepsek dan para guru tentang boleh tidaknya ada kegiatan belajar pada siang hari.

"Mereka sudah tahu tidak boleh mengajar siang lagi, tapi tetap memaksa," katanya.

Namun ia membantah kalau peristiwa penguncian kelas itu merupakaan perintah Diknas Maros dan menurutnya langkah yang diambil kepala sekolah tersebut guna mengefektifkan proses belajar mengajar.

"Saya memahami alasan para guru berseteru dengan kepsek. Tapi mestinya, kita biarkan dulu semua berjalan baru kita lihat bagaimana kinerjanya" ujarnya.

Agar masalah tersebut tak berlarut-larut, ia mengatakan akan menyelesaikannya namun penguncian kelas masih berjalan hingga pekan depan.

Sementara itu, Kepsek Makmur Nurdin yang hendak dikonfirmasi masalah tersebut, sampai saat ini menyatakan belum ingin memberi penjelasan. (ant)

KPK questions home affairs minister

The Corruption Eradication Commission (KPK) questioned Home Affairs Minister Mardiyanto here on Wednesday.

Mardiyanto arrived at the KPK office at 10:38 on Wednesday morning to be questioned in a corruption case related to the procurement of fire trucks for regional administrations a few years ago.

KPK spokesman Johan Budi said Mardiyanto would be questioned in his capacity as former Central Java governor.

"The KPK investigating team will question the former Central Java governor as a witness in the alleged corruption case," Johan Budi said, adding that the team would try to obtain information from the minister to complete the dossier of Oentarto Sindung Mawardi, former director general of regional autonomy at the Home Affairs Ministry who had been named a suspect in the corruption case.

Johan Budi said the KPK would also investigate Hadi Purnomo in his capacity as Central Java regional secretary, and Warsono, Central Java people`s welfare office chief.

The KPK has also investigated Tanggamus district head Bambang Kurniawan, former Tanggamus district head Fauzan Sa`i, and Riau Islands Governor Ismeth Abdullah in the same corruption case.

Former director general for regional autonomy Oentarto Sindung Mawardi has been named a suspect in the corruption case in the procurement of fire trucks for a number of regions in the country.

Oentarto was the official who had signed a radiogram to regional administration chiefs across the country on the procurement of the fire trucks.

The radiogram became the basis for PT Istana Sarana Raya and PT Satal Nusantara owned by businessman Hengky Samuel Daud to become the home affairs ministry``s sole partner in fire trucks procurement project.

Hengky Samuel himself has also been named a suspect in the case.
According to Oentarto, former Home Affairs Minister Hari Sabarno was also entailed in the similar case

Tidak Sesuai Bestek, Pemkot Ancam Polisikan Para Kontraktor

Pemerintah Kota Makassar mengancam para kontraktor akan mempolisikannya bila pembangunan fisiknya tidak sesuai dengan bestek.

Wakil Wali Kota Makassar, Supomo Guntur saat melakukan rapat koordinasi pemantapan pelaksana kegiatan pembangunan fisik di Makassar, Rabu, mengatakan, pembangunan fisik harus berjalan sesuai bestek dan jika ada yang tidak sesuai akan dilaporkan ke polisi.

"Ini peringatan bagi para kontraktor yang bekerja tidak sesuai dengan bestek karena banyak bangunan yang roboh sebelum waktunya," ujarnya.

Dia mengatakan, sejumlah proyek pembangunan seperti pembuatan drainase, paving block dan proyek lainnya rusak sebelum waktunya. Padahal, proyek pembangunan tersebut baru dilaksanakan setahun yang lalu.

Pemantauannya yang dilakukan di beberapa tempat yang ada di Makassar, ditemukan proyek yang asal-asalan tanpa dilakukan sesuai dengan bestek.

Beberapa diantaranya yakni, Jalan Ujung Pandang, Haji Bau dan beberapa tempat lainnya. Hasil pemantauannya langusng menemukan adanya sejumlah paving block serta saluran drainase yang rusak, padahal waktu pengerjaannya setahun lalu.

"Saya selalu melakukan pemantauan dan saya menemukan beberapa hasil proyek itu tidak maksimal. Kebanyakan paving block dan saluran drainase," ujarnya.

Diungkapkannya, beberapa warga sempat berkomunikasi langsung dengannya ketika melakukan pemantauan. Para warga umumnya mempertanyakan kualitas dari pembangunan fisik itu.

"Saya tidak tahu harus menjawab apa saat warga menanyakan sama saya, pernah ada beberapa warga yang datang lalu menanyakan apakah betul ada pengaspalan jalan yang hanya lima meter," tanyanya.

Selain itu, Supomo juga meminta kepada para pengawas proyek pembangunan itu agar membuat catatan khusus yang akan dilampirkan nantinya di Pengadilan Negeri (PN) Makassar agar menjadi bukti jika pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai, bahkan sudah mendapat peringatan dari badan pengawas.

Four bodies from hotel bombings yet to be identified

The bodies of four dead victims of Friday`s bomb attacks on the JW Marriontt and Ritz Carlton hotels have yet to be identified, police said.

Chief of the Jakarta Police`s public relations unit, Senior Commissioner Chyshnanda Dwi Laksono, said here on Tuesday the identification process was still underway.

"A police disaster victims identification team (DVI team) continues to compare body samples with existing data to find out, but as per Tuesday morning four bodies have yet to be identified," Laksono said.

He said comparative data on such things as physical characteristics, blood type and other things were obtained from relatives of the victims and from DNA tests.

According to Laksono, the four bodies were still kept at the forensic lab of Soekanto Polic Hospital in Kramat Jati, East Jakarta.

Last Friday`s bombing of the JW Marriott and Ritz Carlton hotels in the Mega Kuningan area in South Jakarta killed nine people and injured more than fifty others.

Of the nine bodies, five have been identified to be of Evert Mokodompit of Indonesia, Timothy D Mackay of New Zealand, Senger Craig Andrew of Australia, McCevoy Garth Rupert John of Australia, and Verity Nathan John of Australia.

But Laksono added that the Police investigation team had yet to confirm the suspects in the bombings, including the possible involvement of fugitive Malaysian-born extremist Nurdin M Top.

He said the police investigation team was still collecting a number of data or evidence related to the bomb attacks on the two hotels in Jakarta.

According to Laksono, the further evidence was still needed by the police to support their investigation into the bombings that had claimed nine lives and wounded more than 50 people.

Laksono said an identification team was until now still at the blast site to collect evidence and try to match it with the real conditions in the field.

The police had confirmed that the explosions the in JW Marriott and Ritz Carlton hotels were the work of suicide bombers who had presviously gained entry into the hotels by posing a guests. (ant)

Rabu, Juli 22, 2009

Pengacara Terdakwa Protap Melaporkan Bukti Baru ke Poldasu, 2 Orang yang Diduga Mengakibatkan Meninggalnya Ketua DPRDSU Dilaporkan ke Poldasu

Pengaduan tertulis para Penasehat Hukum terdakwa Pejuang Protap, Adardam Achyar SH MH, Remy Arriza SH MH, Drs Kardi Sinaga SH, Edison Sihotang SH dll diterima oleh Pawas Reskrim Poldasu Kompol Turip, Selasa (21/9) di Poldasu, untuk membuat pengaduan terhadap dua orang pria yang membawa almarhum Drs H Azis Angkat dari ruang sidang DPRDSU ke Gedung Bank Mandiri sewaktu demo Protap 3 Pebruari 2009.


Sejumlah pengacara masing-masing H Adardam Achyar SH MH, Remy Arriza Balaga SH MH, Drs Kardi Sinaga SH, Chalid Ja’cub SH, Olda Harianja SH, Hendrick Siambaton SH, OC Sinaga SH dan Edison R Sihotang SH selaku kuasa hukum terdakwa Protap Ir GM Chandra Panggabean Cs, Selasa (21/7) petang melaporkan dua dari tiga pria yang diduga terkait dalam kasus meninggalnya Ketua DPRD SU Drs Abdul Aziz Angkat MSP pada demo 3 Februari 2009 lalu di gedung DPRD SU ke Direktorat Reskrim Poldasu.

Kedua orang itu adalah EK warga Asrama TNI AD Glugur Hong Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan dan AMS SE warga Jalan Flamboyan III Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan.

Ketika menyampaikan laporan, sempat terjadi ketegangan antara pengacara dengan anggota Reskrim Poldasu yang sedang melaksanakan tugas piket saat itu disebabkan tidak mau memberikan STPL (Surat Tanda Pengaduan Laporan) dengan kop surat Poldasu. Melainkan hanya tanda terima di berkas laporan yang membuktikan bahwa petugas piket telah menerima pengaduan tertulis dari para Pengacara.
Dari pengamatan tim, pengacara dan sejumlah ibu-ibu dari keluarga terdakwa sempat bertahan di depan pintu masuk Direktorat Reskrim Poldasu menunggu, namun petugas piket Reskrim Poldasu tetap bertahan tidak menerima pengaduan mereka secara resmi dengan pemeriksaan pelapor.

Akhirnya pengacara menyerahkan laporan tertulis dan sejumlah berkas pendukungnya yang diterima oleh Perwira Pengawas (Pawas) Kompol Turnip SH dan hari ini, Rabu (22/7) laporan tersebut akan ditindaklanjuti dan para pengacara juga akan datang pada hari ini ke Direktorat Reskrim Poldasu.

Kepada wartawan, H Adardam Achyar: mengatakan bahwa pihak Poldasu diduga telah berkonspirasi dengan pihak-pihak tertentu supaya para terdakwa yang sedang dalam proses persidangan yang dipaksakan bisa dihukum.

Dalam laporan tertulis para pengacara disebutkan bahwa pada hari Selasa tanggal 3 Februari 2009 pada saat terjadi aksi damai dalam rangka pembentukan Propinsi Tapanuli (Protap) di Gedung DPRD Sumatera Utara Jalan Imam Bonjol Medan ketika sedang berlangsung pertemuan antara Pimpinan DPRD SU dengan Pimpinan Fraksi dan Perwakilan dari Panitia Protap di ruang VIP gedung DPRD SU.

Tiba-tiba ke dalam ruang VIP masuk tiga orang laki-laki yang secara serta merta mengajak Drs Abdul Aziz Angkat MSP yang pada saat itu sedang duduk di kursi sofa untuk keluar dari ruang VIP. Mendapat ajakan tersebut Drs Abdul Aziz Angkat MSP tidak serta merta bersedia mengikutinya, tetapi terlihat ragu-ragu karena kemudian ketiga orang tersebut memegang sambil menarik tangan Drs Abdul Aziz Angkat MSP untuk berdiri dan langsung membawanya keluar ruang VIP melalui kaca ruang VIP yang sebelumnya telah dibuka oleh salah seorang dari ketiga orang tersebut menuju tangga teras lantai II, terus turun dan berjalan (setengah berlari) menuju ke arah samping gedung DPRD SU dan berhenti di pintu yang menuju/menghubungkan dengan Bank Mandiri.

Kemudian setelah banyak kerumunan massa salah seorang dari yang membawa seseorang tersebut meninggalkan/menjauh dari Drs Abdul Aziz Angkat MSP sambil tertawa seperti lazimnya seseorang tertawa karena kepuasannya berhasil melakukan perbuatan/tujuan tertentu.

Karena perbuatan ketiga orang tersebut mengakibatkan meninggalnya Drs Abdul Aziz Angkat MSP dan berdasarkan berita-berita dan pernyataan/keterangan/pengakuan dari EK dan AMS di media cetak dan elektronik, kemudian para saksi mengetahui bahwa dua orang dari ketiga pelaku tersebut di atas bernama Elmadon Ketaren dan Abdul Muluk Siregar.

Kepentingan hukum pelapor dengan meninggalnya Drs Abdul Aziz Angkat MSP sebagai akibat dari perbuatan/kelakuan ketiga orang pelaku (dua di antaranya EK dan AMS) membawa Drs Abdul Aziz Angkat MSP keluar dari ruang VIP DPRD SU ke dekat pintu gerbang Bank Mandiri yang ada kerumunan massa. Pelapor Ir GM Chandra Panggabean, Ir Hasudungan Butarbutar MSi, Drs Juhal Siahaan, Junhaidel Samosir SH, Parles Sianturi SPd telah disangka/didakwa melakukan perbuatan pembunuhan berencana dan atau pembunuhan atas diri Drs Abdul Aziz Angkat MSP sebagaimana diatur dan diancam pidana oleh pasal 340/338 KUHP.

Direktur Reskrim Poldasu Kombes Pol Wawan Irawan Ari dan Wadir Reskrim Poldasu AKBP Drs Edi Sumitro Tambunan saat dikonfirmasi SIB melalui telepon selularnya soal pengaduan yang tidak diterima tidak berhasil karena kedua pejabat utama di Direktorat Reskrim Poldasu itu tidak mengangkat telepon selularnya. (sib)

6 Mahasiswa Terdakwa Insiden di DPRDSU Mohon Dibebaskan dari Dakwaan dan Tuntutan Hukum 7 tahun

Penasehat hukum 6 mahasiswa terdakwa insiden di DPRDSU 3 Pebruari 2009 lalu, Supri Handi Hutapea, Sopan Megayanto Simanungkalit, Matatia Januari Sibuea, Maraga Banjarnahor, Dedi Lumbantungkup dan Lintong Adelman Lumbantoruan, memohon agar majelis hakim menyatakan para terdakwa tidak terbukti bersalah dan membebaskan mereka dari hukuman atau setidak-tidaknya melepaskan dari segala dakwaan dan tuntutan hukum serta merehabilitasi harkat martabat dan nama baik terdakwa.

Sebab perbuatan mereka melakukan tindak pidana melanggar pasal 146 ayat 1 jo pasal 55 ayat 1 ke-1 atau pasal 170 auat 1 atau pasal 335 ayat 1 KUHP sebagaimana dituntut ataupun di dakwakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) sama sekali tidak terbukti sesuai fakta-fakta yang terungkap di persidangan.

Permohonan itu disampaikan penasehat hukum para terdakwa dari Tim Advokasi Tragedi Protap (Tatap) Superry Daniel Sitompul SH, Rajendar Singh SH dkk dalam nota pembelaaan (pledoi) mernanggapi tuntutan JPU yang sebelumnya menuntut para terdakwa masing-masing 7 tahun penjara pada sidang lanjutan di Pengadilan Negeri (PN) Medan dipimpin ketua majelis hakim Charis Mardiyanto SH.

Selain pembelaan dari penasehat hukum terdakwa yang diberi judul “Perjuangan Menegakkan Harga Diri & Kehormatan Sebagai Putra Daerah”, para terdakwa (kecuali Sopan Megayanto Simanungkalit) juga menyampaikan pembelaan secara pribadi pada persidangan tersebut. Pada inti pembelaannya, para terdakwa menyatakan dakwakan maupun tuntutan jaksa sama sekali tidak terbukti dan mereka memohon keadilan dari majelis hakim.

Menurut penasehat hukum terdakwa, dari fakta-fakta yang terungkap di persidangan, semua saksi yang dihadirkan JPU sama sekali tidak pernah melihat terdakwa melakukan pembubaran sidang, melakukan pengerusakan ataupun melakukan perbuatan tidak menyenangkan.
Namun keterangan saksi-saksi dalam tuntutan JPU bertolak belakang dengan kesaksian yang dinyatakan dalam persidangan. Akibatnya surat tuntutan yang dibuat hanya berdasarkan keterangan yang diambil dari BAP dan meniadakan fakta-fakta persidangan. Hal itu jelas sangat bertentangan dengan ketentuan KUHAP khususnya pasal 185 ayat 1 yang menyatakan bahwa “keterangan saksi yang sah adalah yang saksi nyatakan di bawah sumpah di depan sidang pengadilan.

Bahwa selain terbukti mereduksi fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan, JPU juga telah memberikan penilaian secara subjektif tanpa didasarkan kepada fakta-fakta secara objektif, hanya bersumber pada opini yang sudah berkembang sedemikian rupa. Tindakan demikian tidak saja dapat menjauhkan dalam upaya mencari kebenaran materil terhadap apa yang didakwakan kepada para terdakwa. Namun yang dikuatirkan akan terbawa ke dalam suatu peradilan sesat.

Penasehat hukum terdakwa juga mengatakan, dakwaan dan atau tuntutan JPU juga tidak didukung fakta-fakta hukum yang mempunyai nilai pembuktian yang sah. Pihaknya sangat keberatan dengan barang bukti yang digunakan JPU mengingat hasil photo copy photo asli yang diajukan bersamaan dengan BAP sama sekali tidak menunjukan peran para terdakwa sebagaimana didakwakan dan dituntut JPU. Rekaman photo tersebut juga tidak didukung keterangan saksi yang mengambil gambar tersebut. Dengan demikian ldakwaan dan tuntutan tersebut masih prematur untuk dimajukan dalam persidangan.

Dari pemeriksaan bukti-bukti juga terungkap bahwa beberapa barang bukti yang diajukan ke muka persidangan tidak memiliki nilai pembuktian yang kuat. Termasuk bukti yang diterangkan dalam tuntutan sama sekali tidak pernah diperlihatkan dalam persidangan seperti baju kemeja lengan panjang warna merah hati dan tas kecil. Sehingga penasehat hukum terdakwa menolak bukti yang dicantumkan dalam tuntutan. Jelas JPU telah mengada-ngada mencantumkan bukti yang tidak pernah diperlihatkan dalam persidangan selain photo copy photo tanpa pernah ,menunjukan photo aslinya.

Penasehat hukum terdakwa juga mengungkapkan, sejak awal tahap penangkapan terhadap para terdakwa, telah diperlakukan secara tidak adil yaitu tanpa adanya bukti-bukti permulaan yang cukup. Pada saat penangkapan, para terdakwa sel;alu mengalami penyiksaan yang akhirnya karena penyiksaan tersebut, mereka mengalmi tauma dan ketakutan. Sehingga para terdakwa dengan terpaksa mengakui suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan demi menghindari penyiksaan terhadp dirinya.

Sementara terdakwa Supri Handi Hutapea dalam pembelaannya mengatakan, ia terlahir dari keluar miksin dan sedang menimba ilmu di perguruan tinggi. Namun hingga saat ini ia tidak dapat mengikut perkuliahan karena ditahan karena ikut melakukan aksi damai di DPRDSU.
Ia datang ke kantor DPRDSU hanya untuk menyampaikan aspirasi rakyat Tapanuli dan bukan untuk membubarkan sidang. Ia prihatin kehidupan orang-orang di Tapanuli yang masuk dalam peta daserah termiskin. “Bapak hakim yang mulia, apakah saya salah ikut menyampaikan aspirasi orang-orang yang ada di Tapanuli. Dalam persidangan saya maupun teman-teman saya, banyak keterangan saksi yang tidak benar,” ujarnya.

Terdakwa Matatia Januari Sibuea ia bersumpah kepada Tuhan, kepada agama dan juga kepada orang tua saya bahwa saya tidak ada masuk dalam gedung DPRD, tidak ada melakukan pengerusakan. Ia hanya berada di luar gedung DPRDSU. Ia datang ke DPRDSU hanya untuk menyampaikan aspirasi masyarakat Tapanuli yang mengharapkan menjadi Propinsi Tapanuli Protap untuk kesejahteraan masyarakat Tapanuli.
“Saya mohon ketegasan bapak majelis hakim untuk memberikan keadilan kepada saya. Saya dituntut 7 tahun penjara atas perbuatan yang tidak pernah saya perbuat. Oleh sebab itu saya mohon kepada bapak majelis hakim segera membebaskan saya dari dakwaan dan tuntutan JPU agar keadilan dan kebenaran ditegakan di negara Indonesia yang kita cintai ini”.

Dedi Lumbantungkup mengatakan, tuntutan 7 tahun itu tidak masuk akal dan ia tidak menerimanya karena tidak jelas bukti-bukti yang dituduhkan. Mereka melakukan aksi damai di DPRDSU mendukung serta menyampaikan aspirasi untuk pembentukan Propinsi Tapanuli. Pengadilan adalah tempat persidangan untuk menegakan hukum seadil-adilnya. Tapi mengapa dalam persidangan dihadirkan sebagian saksi-saksi yang tidak benar. Saksi-saksi dengan paksaan dan tuntunan untuk memberikan keterangan yang tidak diketahuinya saksi.

Apakah salah sebagai seorang mahaiswa dan selaku putra daerah, ia ikut mendukung dalam menyampaikan aspirasi. Tidak bisa dipercaya seorang mahasiswa dituntut 7 tahun hanya dengan menyampaikan aspirasi.

“Bapak hakim yang mulia, dimanakah hati nurani itu kami temukan. Apakah memang tidak ada lagi di negeri kita tercinta ini. Kami berharap di pengadilan ini masih ada hati nurani. Kami masih dalam perkuliahan dan ingin membantu orang tua,” ujarnya.

Maraga Banjarnahor dalam pembelaannya yang diberi judul “mahaiswa trauma” mengatakan, ia mahasiswa tahap akhir dan seharusnya pada bulan Oktober ini sudah menyelesaikan perkuliahan dan diwisuda. Tapi sejak tanggal 7 Pebruari 2009, ia ditahan hingga sekarang. Ia terkejut dengan tuntutan 7 tahun dan hingga saat ini masih trauma.
Ia tidak ada membubarkan sidang ataupun melakukan pengerusakan. Tujuannya ke DPRDSU untuk pembentukan Protap bukan untuk membubarkan sidang. Ia tidak mengetahui ada sidang pada saat itu dan ia memang tidak pernah melihat anggota dewan sidang pada tanggal 3 Pebruari 2009. “Bapak hakim yang mulia, saya mohon agar bapak hakim dalam memutus perkara ini supaya teliti, jeli dan menegakkan keadilan yang seadil-adilnya karena bapak hakimlah wakil Tuhan di dunia ini yang bisa memutuskan perkara dengan adil dan sebenarnya sesuai hukum yang berlaku’, katanya

Sementara Lintong Adelman Lumbantoruan, ia sebagai simpatisan ikut aksi damai mendukung Protap agar rakyat Tapanuli mendapat kesejahteraan. “Apakah saya salah bersama teman-teman mahasiswa untuk mendukung Protap,” katanya.
Ia mengaku prihatin dengan keterangan saksi yang mengatakan ia memakai jaket almamater, padahal ia tidk ada memakai baju almamater. Ia masuk ke gedung DPRDSU sudah pukul 12.30 WIB lewat dari pintu depan dalam keadaan pintu sudah terbuka dan tidak mengetahui atau melihat sidang di dalam.

“Dengan keredahan hati, saya memohon keadilan kepada majelis hakim. Apabila saya dihukum walaupun sebenarnya saya tidak tahu masuk ke gedung dewan itu adalah melanggar hukum, saya mohon kepada majelis agar menghukum seringan-ringan demi masa depan dan cita-cita saya,” ujarnya.

Atas pembelaaan penasehat hukum maupun dari terdakwa, JPU menyatakan tetap pada tuntutannya. Penasehat hukum dan para terdakwa juga menyatakan tetap pada pembelaannya Untuk pembacaan putusan majelis, sidang diundur Kamis (23/7)
(sib)

Effendi Ghazali: Media Telah Jadi Alat Teroris

Pakar komunikasi Universitas Indonesia Effendi Ghazali menilai media massa telah berfungsi sebagai alat yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan terorisme.

"Langsung atau tidak langsung, media telah berhasil menjadi corong, penyampai pesan bagi para teroris untuk menyebarkan propagandanya," katanya dalam diskusi publik Strategi Komunikasi Lembaga Kepresidenan Menghadapi Terorisme di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, selama ini media lebih banyak memberitakan akibat yang ditimbulkan oleh para teroris dengan menampilkan berulang-ulang kerusakan yang terjadi dan para korban yang terluka dengan penanganan seadanya.

Dalam tampilan seperti itu, teroris ingin menyampaikan pesan "Jika Anda di Indonesia Maka Itulah Yang Akan Terjadi Pada Anda,". Melalui berbagai tayangan itu, teroris berhasil menyebarkan ketakutan di mana-mana mulai dari rakyat kecil hingga ke pelaku ekonomi, lantai bursa dan sebagainya.

"Sebagai tayangan terjadinya suatu peristiwa, itu sah-sah saja. Tetapi juga jangan menayangkan berhari-hari karena itu justru akan menjadi alat bagi teroris itu menyampaikan propagandanya, yakni menebar ketakutan di mana-mana," ujar Effendi.

Menurut dia, media seharusnya lebih banyak menyuarakan persatuan dan kebersamaan bangsa dalam menghadapi terorisme.

Effendi mencontohkan apa yang dilakukan media-media massa di Amerika Serikat pasca serangan teror di negara mereka, yakni pemerintah segera mengkampanyekan perlunya semua lapisan masyarakat Amerika bersatu dibelakang pemerintahnya menghadapi teroris.

Selain itu, juga dikampanyekan suara-suara agar tidak boleh ada lagi berbagai kerusakan akibat aksi terorisme di negara mereka.

"Jadi hal-hal seperti itu yang seharusnya diekspos dan bukan sekedar menayangkan berulang-ulang korban maupun kerusakan hasil kerja teroris itu," katanya. (ant)

Yudhoyono: bomb terror damages national tolerance, pluralism

Indonesian president Susilo Bambang Yudhoyono said here on Tuesday the bombings in Kuningan area in South Jakarta on July 17 damaged the tolerant and pluralistic character of the nation.

In his speech at the commemoration of Prophet Mohamed`s ascent to heaven at Istiqlal Mosque the head of state again expressed his strong condemnation to the terrorists that had left nine people dead.

"Whatever their motive and purpose are, the terror act is against religious teachings and national values of civility, tolerance and humanity," he said.

The bombings at JW Marriott and Ritz-Carlton hotels had also damaged the sense of peace and security that had been developed hard by the country following various riotings and security problems in the country in the past ten years.

"We wish the police could immediately uncover the case and bring the perpetrators to justice," he said.

President Yudhoyono said Indonesia is a great and pluralistic country that has various ethnicities and religions.

The pluralistic conditions, he said, must not pose an obstacle to the nation in developing and promoting brotherhood, moderation, civility and tolerance.

"This character is what has to be developed in the future," he said.

He said bomb terrors like what happened three days ago could damage such character that the nation would develop.

The terror, he said, also left schisms in the hearts of the people who were just struggling to develop a more just and welfare life.

President Yudhoyono called on the nation to show to the world that democracy that was developing in the country was mature and peaceful.

The commemoration was also attended by vice president Jusuf Kalla

Selasa, Juli 21, 2009

Ketua MPR: Sekolah Kutip Pungutan Harus Ditindak

Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menyatakan, pemerintah harus menindak sekolah yang mengutip pungutan liar dalam penerimaan siswa baru karena menyalahi aturan dan melanggar sumpah jabatan.

"Instansi terkait dan para penegak hukum tidak boleh diam dan mengungkap jual beli bangku kosong yang diduga marak dilakukan pihak sekolah saat PSB," kata Hidayat Nur Wahid usai Semiloka Pendidikan Gratis di Jambi, Selasa.

Pungli PSB itu sangat bertentangan dengan program yang digalakkan pemerintah untuk meringankan biaya pendidikan, bahkan sekolah gratis, untuk itu kegiatan tersebut harus dihentikan.

Pada semua pihak, terutama orang tua yang dimintai dana atau kutipan tidak jelas itu diminta melaporkan pada aparat penegak hukum, supaya dapat ditindaklanjuti.

Didukung bukti yang kuat laporan itu harus disampaikan pada instansi terkait dan aparat penegak hukum, supaya sanksi tegas dapat diberikan, baik sanksi administrasi dicopot dari jabatannya dan dipenjarakan, jika termasuk dalam unsur pidana.

Menurut dia, budaya bersih, baik dari suap, dan korupsi harus dimulai dari lingkungan sekolah, karena bila sudah terkontaminasi dengan perbuatan tersebut, masa depan pendidikan akan kian suram.

Dunia pendidikan tidak boleh dikotori dan dicemari dengan kegiatan, suap, korupsi, dan perbuatan melanggar hukum lainnya, karena lembaga tersebut adalah wadah untuk melahirkan manusia yang bersih, cerdas, dan berguna bagi bangsa.

Dalam memanjukan dan meningkatkan kualitas pendidikan atau menjadikan bangsa yang cerdas pemerintah telah melakukan berbagai upaya, termasuk meningkatkan anggaran pendidikan minimal 20 persen, baik APBN maupun APBD.

Selain itu, dana dari berbagai sumber juga digalang untuk meningkaktkan berbagai sarana dan fasilitas yang dibutuhkan.

"Semua itu bertujuan untuk semua lapisan masyarakat baik yang miskin, menengah, dan kaya dapat menikmati serta mengikuti pendidikan tanpa dibebani biaya," kata Hidayat Nur Wahid.

KPK Periksa Dirjen Farmasi Depkes

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa, memeriksa Dirjen Farmasi dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan (Depkes), Richard Panjaitan terkait dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di sejumlah daerah di Indonesia.

"Hari ini KPK meminta keterangan Richard Panjaitan," kata Juru Bicara KPK, Johan Budi di Jakarta, Selasa.

Johan menjelaskan, Richard akan memberikan keterangan dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan yang terjadi pada 2007.

"Yang bersangkutan dimintai keterangan sebagai saksi," kata Johan menambahkan.

Saat ini, KPK menyidik proyek pengadaan alat kesehatan di Departemen Kesehatan pada 2007 dengan tersangka Kepala Biro Perencanaan pada Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, Mardiono. Proyek pengadaan alat kesehatan dengan nilai Rp15,7 miliar itu diduga merugikan negara Rp4,8 miliar.

KPK menduga telah terjadi aliran uang dalam proyek pengadaan alat kesehatan di Departemen Kesehatan tahun 2007.

Pemberian uang itu diduga terkait dengan proses pengadaan alat kesehatan yang didistribusikan ke sejumlah daerah di tanah air .

Spesifikasi alat kesehatan dalam proyek tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan daerah terpencil. Selain itu, KPK juga menduga telah terjadi penunjukan rekanan secara langsung.

Proyek tersebut menggandeng PT Kimia Farma Trading sebagai rekanan. Namun pada praktiknya, perusahaan itu mengalihkan pengadaan kepada dua perusahaan lain.

KPK juga telah menetapkan mantan Menteri Kesehatan Achmad Sujudi, mantan Dirut PT Kimia Farma Gunawan Pranoto dan Dirut PT Rifa Jaya Mulya Rinaldi Yusuf sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di Departemen Kesehatan tahun 2003.

Proyek tersebut adalah pengadaan alat kesehatan yang dibagikan ke sejumlah daerah di kawasan timur Indonesia yang diduga merugikan negara sebesar Rp71 miliar.

Interfaith clerics call on people to remain alert


A number of inter-faith clerics led a mass prayer service here Monday in connection with Friday`s bombings at the JW Marriott and Ritz-Carlton hotels in the Mega-Kunngan area.

On the occasion they called on the people not to panic but remain alert in dealing with the tragedy.

"Although the situation is overwhelming, people must remain alert but not panic," Rev. Dr. Petrus from the Indonesian Communion of Churches (PGI) said.

He said all people were shocked by the incidents that left some dead and scores of others wounded.

He hoped the government through its security agencies could create a sense of security among the people by boosting security monitoring of conditions in the country.

"The government must increase security considering that the incident was not the first to happen in Indonesia," he said.

Other religious leaders such as Hasyim Muzadi, chairman of the Islamic Nahdlatul Ulama organization, and Anak Agung Ngurah Ugrasena representing Hindus and Maha Biksu Dutavira representing Buddhists voiced similar views.

They all urged the police to unveil the perpetrators of the bombings.

The religious leaders on the occasion prayed for the dead victims and speedy recovery of the wounded.

Indonesian Anti-Violence Community figures such as lawyer Todung Mulya Lubis, Yenni Wahid, Wimar Witoelar and Ayu Utami earlier came to the site of the bombings to pray for the victims.

Until now forensic doctors at the police hospital in Kramatjati have been able to identify five of the nine dead victims in the bombings.

They are Evert Mokodompis (Indonesian), Timothy D Mackay (New Zealander), Senger Craig Andrew (Australian), Mc Evoy Garth Rupert John (Australian) and Verity Nathan John (Australian).

Thirteen people meanwhile are now still being treated in several hospitals in the city. (ant)

Ketua MPR: Sekolah Kutip Pungutan Harus Ditindak

Teror bom yang ditebarkan oleh orang-orang yang berlawanan dengan pandangan demokrasi tidak akan mampu mengubah keadaan seperti yang dinginkan karena perbuatan tersebut adalah sebuah kesia-siaan, kata seorang budayawan.

"Terorisme dan fanatisme yang dilakukan dengan menebar teror bom pada akhirnya akan sia-sia," kata Goenawan Mohammad, ketika menjadi pembicara pada acara seminar kebudayaan, di Mataram, Selasa.

Kegiatan seminar kebudayaan yang bertemakan "Menengok Ulang Multikulturalisme dalam Konteks Indonesia" itu juga menghadirkan sejumlah budayawan nasional lainnya seperti Putu Wijaya, Abdul Moqsith Ghazali, KH Maman Imanulhaq Faqieh dan Yayah Khisbiyah.

Menurut Goenawan, para pelaku bom bunuh diri adalah orang-orang yang percaya bahwa mereka memegang sebuah kebenaran yang absolut.

Mereka percaya bahwa tindakannya adalah pilihan final menuju surga dengan memusuhi apa yang mereka sebut sebagai "Amerika", "Barat", kehidupan sekuler dan demokrasi, namun semua itu tidak juga binasa hanya dengan teror bom.

"Yang mereka kehendaki tak bisa dirunding dan ditunda lagi, yang tidak bersama mereka, berarti musuh mereka dan harus dihancurkan," ujarnya.

Ia mengatakan, sejarah abad ke-20 memberi pelajaran bahwa perubahan ke arah pembebasan manusia terjadi bukan karena terorisme, melainkan revolusi atau proses pergantian secara demokratis.

"Artinya kedua-duanya membutuhkan sebuah kerja untuk memobilisasi dukungan orang banyak, dengan cara memberikan tujuan yang dapat menggerakkan legitimasi," ujarnya.

Senin, Juli 20, 2009

Bulan Agustus Berkas Perkara Antasari Dilimpahkan Ke Pengadilan

Masih ingat dengan Antasari Ketua KPK nonaktif yang dituduh melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin, setelah lama tidak terdengar beritanya akhirnya berkas perkaranya dilimpahkan kepengadilan.

Kejaksaan Agung (Kejagung) menargetkan berkas perkara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif, Antasari Azhar, sudah dilimpahkan ke pengadilan pada awal Agustus 2009.

"Kita menjadwalkan awal Agustus 2009, bisa dilimpahkan," kata Jaksa Agung, Hendarman Supandji, di Jakarta.

Antasari Azhar ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasrudin Zulkarnaen, bersama Kombes Wiliardi Wizar, dan Sigit Haryo Wibisono serta enam tersangka lainnya, yang lima diantaranya sebagai eksekutor Nasrudin Zulkarnaen.

Kejagung telah menerima berkas Antasari Azhar yang menjadi tersangka dugaan kasus pembunuhan Direktur PT PRB, Nasrudin Zulkarnaen pada Jumat (3/7).

Jaksa Agung menyatakan setelah dilakukan penelitian oleh jaksa, untuk melihat perlu tidaknya adanya penambahan kekurangan dalam berkas.

"Apa yang kurang itu, nanti dirumuskan oleh jaksa. Berdasarkan pasal 110 KUHP, jaksa mempunyai waktu 14 hari, untuk melengkapi kekurangan itu.

Tetapi itu tidak signifikan, kalau sudah selesai, akan cepat dipenuhi," katanya.

Sementara itu, Jaksa Agung Muda Pidana Umum (Jampidum), Abdul Hakim Ritonga, menyatakan, sampai sekarang masih ada kekurangan dalam berkas Antasari Azhar.

"Saya ingat di berkas ini belum ditandatangani saksi yang bersangkutan, (berkas) harus dikembalikan ke penyidik untuk ditandatangani. Kita inginkan berkas sempurna," katanya. (mi)

United respond to government plea


Manchester United's decision to pull out of the Jakarta leg of the Asia Tour will stand, despite a plea from the Indonesian government for the club to reconsider.

After consultations with relevant authorities, the Reds cancelled their scheduled trip to Jakarta after bombings in the city - including one at the hotel the United squad was due to stay in - on Friday morning claimed nine lives.

However, Indonesian Presidential spokesperson Dino Patti Djalal urged United to press ahead with the visit, telling the Jakarta Post "there is no more powerful message to the world than to continue with the Jakarta match as planned".

"Of all the great feats that have been, and will be, achieved by Manchester United as a great football team with a heart, this one - proceeding with the match in Jakarta as a measure of solidarity - will be long remembered by history," Djalal said.

United, however, have confirmed the decision will stand and issued the following statement at lunchtime on Saturday.

"The decision to cancel the Jakarta leg of the tour was not taken lightly, but after an act of terrorism. The Club received advice from a variety of sources, including our own Foreign Office. That advice has not changed and so the Club's decision has to stand.

"Everyone at the Club is disappointed not to be able to play in Indonesia, but it has a responsibility to its players and staff." (int)

Audit board chairman visits victims of Marriott bombing

Chairman of the State Audit Board (BPK) Anwar Nasution visited the victims of Friday`s JW Marriott and Ritz Carlton bombings at Metropolitan Medical Centre (RS MMC) here on Sunday.

Based on data at the MMC hospital, one of the victims treated at the hospital was I Gusti Agung Ray, an official of the BPK.

Anwar Nasution said the BPK official went to JW Marriott Hotel which was blown up on Friday to bid farewell to delegates of a number of countries who had just attended a meeting on corruption and money laundry eradication.

There were delegates from 15 countries including the United States, Germany, Peru, Malaysia and Ecuador, who stayed at the hotel and planned to return to their countries on Friday. They attended the meeting on July 15-16, 2009, he said.

During the bomb blast, the BPK official was injured on the left feet after being hit by a shrapnel thrown by the bomb explosion.

Nasution said that the condition of the BPK official had begun to improve, but he was rather worried about the victim`s psychological condition as he directly experienced and witnessed the bombing.

Suspected suicide bombs went through JW Marriott and Ritz Carlton hotels on Friday morning, killing nine people and injuring more than 50 people.

President Susilo Bambang Yudhoyono ordered the law enforcing agencies to immediately conduct a comprehensive investigation of the bomb attacks at the two five-star Jakarta hotels.

Head of the National Police`s Public Relations Division Inspector General Nanang Sukarna said six people were killed on the spot at the JW Marriott Hotel and two at the Ritz-Carlton Hotel, while one died at Medistra Hospital.

Police investigators and bomb squad personnel were still investigating the bombings. Marriott Hotel was bombed by terrorists before, namely on August 5, 2003. Some 12 people, including a Dutch national, were killed and 147 others wounded.

Audit board chairman visits victims of Marriott bombing

Chairman of the State Audit Board (BPK) Anwar Nasution visited the victims of Friday`s JW Marriott and Ritz Carlton bombings at Metropolitan Medical Centre (RS MMC) here on Sunday.

Based on data at the MMC hospital, one of the victims treated at the hospital was I Gusti Agung Ray, an official of the BPK.

Anwar Nasution said the BPK official went to JW Marriott Hotel which was blown up on Friday to bid farewell to delegates of a number of countries who had just attended a meeting on corruption and money laundry eradication.

There were delegates from 15 countries including the United States, Germany, Peru, Malaysia and Ecuador, who stayed at the hotel and planned to return to their countries on Friday. They attended the meeting on July 15-16, 2009, he said.

During the bomb blast, the BPK official was injured on the left feet after being hit by a shrapnel thrown by the bomb explosion.

Nasution said that the condition of the BPK official had begun to improve, but he was rather worried about the victim`s psychological condition as he directly experienced and witnessed the bombing.

Suspected suicide bombs went through JW Marriott and Ritz Carlton hotels on Friday morning, killing nine people and injuring more than 50 people.

President Susilo Bambang Yudhoyono ordered the law enforcing agencies to immediately conduct a comprehensive investigation of the bomb attacks at the two five-star Jakarta hotels.

Head of the National Police`s Public Relations Division Inspector General Nanang Sukarna said six people were killed on the spot at the JW Marriott Hotel and two at the Ritz-Carlton Hotel, while one died at Medistra Hospital.

Police investigators and bomb squad personnel were still investigating the bombings. Marriott Hotel was bombed by terrorists before, namely on August 5, 2003. Some 12 people, including a Dutch national, were killed and 147 others wounded.

SBY Diminta Buktikan Tudingan Bom Terkait Pilpres

Presiden SBY diminta mem-pertanggunjawabkan ucapannya saat menanggapi peristiwa pengeboman di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott. Terutama tentang adanya hubungan teror bom dan pemilihan presiden yang digelar 8 Juli lalu.

"Presiden harus bersikap mempertanggungjawabkan omongannya, tuduhan itu seharusnya bisa dipertanggungjawabkan secara hukum oleh presiden," kata mantan juru bicara presiden era Gus Dur, Wimar Witoelar.

Hal itu ia sampaikan usai menyampaikan ucapan duka dan doa bagi korban pengeboman di depan Hotel JW Marriott, Kuningan, Jaksel, Senin (20/7/2009).

Wimar menilai, SBY sebagai presiden sudah mengambil sikap yang jelas. Tidak ada lagi keragu-raguan dalam ucapannya kala itu. "Ini pertama kalinya selama 5 tahun," tegasnya.

Untuk itu, pria yang berambut kribo ini meminta semua pihak tidak menjadikan pernyataan SBY polemik yang berkepanjangan. Justru sebaliknya, seluruh pihak harus membantu penyelesaian masalah ini.

"Saya juga mengimbau untuk semua kalangan pejabat, jangan menjadi ahli teror," tegasnya.

Body of bomb victim identified as Australian

The Disaster Victim Identification (DVI) team managed to identify one of the dead victims in Friday`s bomb attacks as Australian John Gear Rufer McEvoy, police said.

"The victim is identified as John Gear Rufer McEvoy," spokesman of the National Police headquarters Insp. Gen. Nanang Soekarna said here on Sunday.

McEvoy is an Australian citizen. When this report was made the body of McEvoy was still kept at Keramat Jati Police hospital in East Jakarta.
Police data mentioned that there were reports about two Australian citizens gone missing.

Nanang called on all sides to report to the police if they had missing family members following the bomb attacks on JW Marriott and Ritz Carlton hotels on Friday which killed nine people and injured over 50 others.

Nanang Sukarna said on Friday six people were killed on the spot at JW Marriott Hotel and two at Ritz-Carlton Hotel, while another died at Medistra Hospital.

The injured, including at least 16 foreigners, were admitted to Pertamina Hospital (one person), the Jakarta Hospital (10), the Motropolitan Medical Center (MMC) Hospital (12), and Medistra Hospital (2), he said.
The Australian government has offered help to Indonesia to handle the victims of Friday`s bombings in South Jakarta.

"We are ready to help the Indonesian government identify and treat the victims," Australian Foreign Minister Stephen Smith said on Saturday after meeting with his Indonesian counterpart, Hassan Wirajuda.

Smith said Australia also offered help to identify or catch the perpetrators of the bombings at JW Marriott and Ritz Carlton hotels.
Smith said Australia fully supported Indonesia that is trying hard to catch the perpetrators as soon as possible.

Based on a cooperation agreement signed in February 2002 and the Lombok-Perth agreement signed on November 26, 2006, the two sides would cooperate in the fight against terrorism.

Minggu, Juli 19, 2009

Sebut Drakula Dalam Pidato, SBY Diminta Klarifikasi


Dalam jumpa persnya menanggapi bom JW Marriott dan Ritz Carlton, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut-nyebut drakula yang menghilangkan orang lain. Tim Mega-Prabowo meminta SBY untuk mengklarifikasi maksud dari ucapan SBY tersebut.

"Kita meminta klarifikasi kalau memang ini menimbulkan efek yang luas, harus dipertanggungjawabkan," kata Koordinator Tim Advokasi dan Hukum Timkamnas Mega-Prabowo, Gayus Lumbuun, dalam konferensi pers di Kantor DPP Golkar, Jl Anggrek Neli Murni, Jakarta Barat, Sabtu (18/7/2009).

Gayus mengatakan, adanya istilah 'drakula penyebar maut' dalam pernyataan SBY, merupakan bagian yang sulit diterima oleh pasangan lain. "Bahasa-bahasa seperti itu membuat masyarakat menjadi bingung dan beringas," tuturnya.

Sementara itu, salah satu anggota tim advokasi Mega-Prabowo, Arteria Dahlan, sangat menyayangkan pidato SBY tersebut. Menurutnya, untuk kesekian kalinya presiden telah keliru dalam memposisikan dirinya.

"Materi pidato kenegaraannya 60 persen terkait pemilu, 30 persen yang terkait insiden adalah hal-hal tanpa dasar, provokatif, dan di luar konteks," paparnya.

"Presiden SBY telah berusaha melakukan upaya penggiringan opini publik bahwa situasi politik sedang tidak harmonis," tandas dia.