Minggu, Desember 27, 2009

Manusia Tertinggi Indonesia Habiskan Tiga Kg Beras

Suparwono manusia tertinggi di Indonesia berdasarkan perhitungan MURI 2,42 meter, sedangkan hasil pengukuran dokter Ortopedi dari RSCM mencapai 2,74 meter ternyata mampu menghabiskan tiga kilogram perhari.

Lani manajer Suparwono, di Bogor, Jabar, Sabtu, mengatakan, sesuai bobot tinggi dan besar tubuh Suparwono, takaran makanannya juga sangat besar.

Ia yang hadir di The Jungle sebagai pengisi program liburan dikawasan wisata air terbesar se Asia Tenggara dari tanggal 25 Desember hingga 1 Januari 2010 itu terlihat melayani foto puluhan pengunjung, sambil duduk dikursi bak seorang raja.

Nama Suparwono (24) mencuat kepermukaan setelah memecahkan rekor MURI, November lalu kategori manusia tertinggi (raksasa) nomor tiga di dunia.

Pria asal Lampung Kelurahan Tritunggal Jaya Lampung Utara ini menjadi manusia fenomenal.

Kehadirannya di the Jungle membuat banyak pengujung tertarik untuk berfoto bersama meski di bandrol Rp 40 ribu perfotonya.

Parwono sapaan akrab anak ke empat dari lima bersaudara pasangan Siti Aisyah (50) dan Suyuti (60) tahun merasakan keberuntungan yang luar biasa.

Menjadi terkenal dan dikenal banyak orang merupakan jawaban atas mimpinya diusia 13 tahun.

"Saya pernah bermimpi dulunya, dan saat ini adalah jawaban dari mimpi saya," ucapnya ramah.

Pria yang hanya tamatan SD ini, kedepannya berkeinginan untuk dapat membahagiakan orang tuanya yang hanya seorang petani miskin.

"Jika jalan rezeki saya ada disini, saya ingin membahagiakan orangtua, membangunkan rumah dan jika bisa menaik hajikan mereka," harapnya.

Suparwono kini telah dikenal banyak masyarakat diseluruh penjuru Indonesia, ia pun sudah memiliki kontrak untuk pembutan film layar lebar, dan rencananya awal Januari langsung syuting.

"Memang sudah ada yang menawarkan main layar lebar dan saya sudah teken kontrak, tinggal syutingnya saja ditentukan bulan depan jika cuaca dan alam mengizinkan," ucapnya.

Suparwono putus sekolah, lantar keluarganya miskin. Kondisi tubuhnya yang tidak normal membuat ia pun tidak bisa melanjutkan sekolahnya.

"Cuma sampai SD, tidak bisa melanjutkan karena faktor ekonomi. Saya juga malu karena tidak pakai sepatu, soalnya tidak ada yang jual ukuran sepatu saya," celetuknya.

Pria yang mengenakan ukuran sepatu bernomor 63 ini pernah tinggal selama tiga tahun di Surabaya sebagai pemain basket.

Selama itu dirinya belum dikenal banyak orang, setelah mengalami cidera lutut saat bermain basket, dia pun memutuskan pulang ke Lampung.

Sampai akhirnya warga lampung menjadikannya sebagai manusia tertinggi. Sebelumnya rekor manusia tertinggi asal Indonesia dipegang oleh Nasrul.

"Berdasarkan hitungan ortopedinya tinggi Suparwono sudah memecahkan rekor dunia," jelas Lani.

Sisi lain Suparwono, pria yang tidak memiliki pekerjaan tetap ini, kini mengisi hidup barunya sebagai orang terkenal.

Dulunya, Suparwono tidak sadar kalau memiliki ukuran tubuh beda dari keluarganya dan masyarakat di kampung. Sampai akhirnya diusia 17 tahun seorang temannya mengujur tinggi tubuhnya.

"Awalnya biasa saja, sampai akhirnya saya tersadar setelah teman saya mengukur tinggi tubuh saya," katanya.

Kelainan Suparwono disebabkan ada kelainan genetika, di keluarganya Suparwono termasuk spesial.

"Seluruh pakaian saya harus dipesan ke tukang jahit, tidak ada yang menjual ukuran baju dan celana saya," sebutnya.

Hingga kinipun, ia belum bisa mengenakan alas kaki karena tidak ada yang menjual dan harus di pesan terlebih dahulu.

"Sepatunya sedang di pesan, baju dan pakaiannya juga kita pesan," jelas Lani.

Share/Save/Bookmark

Bayi Berkepala Dua Hanya Bertahan 30 Menit

Seorang bayi laki-laki dengan dua kepala, hanya bertahan hidup selama 30 menit pasca menjalani persalinan melalui operasi "Caesarean" di RSU dr Slamet Garut, Jawa Barat, Sabtu siang.

Bayi dari pasangan suami-istri Arif dan Ny. Sofi itu, lahir dengan panjang 50 centimeter dan berat badan 3,5 kilogram, kata Kepala Badan Pengelola RSU dr Slamet dr Hj. Widjayanti Utoyo, SPM.

Ia mengatakan, sebelumnya proses persalinan anak pertama pasangan suami istri itu, dilaksanakan dengan pertolongan bidan, namun akibat mengalami banyak kesulitan kemudian segera dikim ke RSU.

Menurut dia, kasusistik ini bisa terjadi akibat proses kehamilan bayi kembar yang tidak sempurna pada usia tiga bulan, sehingga hanya kepala yang mengalami kembar siam dengan satu leher dan satu badan.

Namun kondisinya tak terdeteksi secara dini, kemungkinan akibat selama proses kehamilan jarang memeriksakan diri ke dokter maupun bidan termasuk ke Puskesmas setempat.

Pihak keluarga bayi enggan memberikan komentar apapun, melainkan langsung membawa almarhum bayi tersebut pulang ke kecamatan Cikelet, 120 kilometer arah Selatan dari pusat kota Garut, untuk dimakamkan disana.

Sementara itu, Ny. Sofi berusia 20 tahunan yang melahirkan masih dalam peratawan seusai menjalani operasi caesarean.

Kemudian kondisi suaminya Arif (23) diperkirakan masih mengalami stres berat, atas kondisi kelahiran anak pertamanya itu.

Arif selama ini sebagai karyawan Perkebunan di Cisompet, yang seluruh biaya persalinan tersebut mendapat tanggungan perusahaan tersebut, tambah Kepala RSU Garut.


Share/Save/Bookmark

Wapres: Ujian Nasional Masih Sangat Diperlukan

Wakil Presiden (Wapres) Boediono menegaskan ujian nasional (UN) masih sangat diperlukan untuk mengurangi kesenjangan fasilitas dan kualitas pendidikan di seluruh daerah di Indonesia.

"Pemerintah menyadari ada sekolah yang sudah memiliki fasilitas memadai, tapi ada juga sekolah terutama di daerah yang fasiliasnya masih kurang. Karena itu ujian nasional masih sangat diperlukan," kata Wapres Boediono ketika berdialog dengan sekitar 200 siswa SMA di Ulelhue Banda Aceh, Sabtu.

Wapres Boediono melakukan kunjungan kerja satu hari ke Banda Aceh untuk memimpin upacara mengenang bencana gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di sebagian Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD) dan Pulau Nias Provinsi Sumatera Utara, pada 26 desembesr 2004.

Boediono mengatakan, jika ujian nasional dihapuskan maka perbedaan di antara sekolah yang fasilitasnya memadai dan tidak memadai semakin sulit diatasi.

"Dengan menyelenggaraan ujian nasional salah satu sasarannya untuk mempercepat peningkat fasilitas dan kualitas sekolah-sekolah di daerah yang masih kurang," kata Boediono ketika menjawab pertanyaan seorang siswa SMA bernama Murdiyah.

"Mengapa di perkotaan banyak sekolah yang sudah memiliki fasilitas lengkap serta guru berkulitas baik, sedangkan di daerah banyak sekolah yang fasilitasnya masih kurang?," tanya Murdiyah

Ketika menjawab pertanyaan tersebut, Wapres Boediono mengatakan,upaya mengatasi kesenjangan di antara sekolah yang fasilitasnya sudah lengkap dengan sekolah di daerah yang fasilitasnya masih kurang dilakukan dengan cara menyelenggarakan ujian nasional, bukannya malah menghilangkan ujian nasional.

Dalam dialog itu, Wapres Boediono beberapa kali menegaskan arti pentingnya karakter yang harus dimiliki para pelajar.

"Ilmu matematika dan fisika memang sangat penting, tapi karakter nasionalis yang kuat juga harus dimiliki para pelajar," kata Boediono.

Dengan karakter yang kuat, kata dia, maka generasi muda Indonesia bisa menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia pada persaingan antar-negara di era globaliosasi.

"Dengan memiliki karakter yang tinggi maka setiap orang diharapkan menempa dirinya sehingga mampu menjadi pemimpin pada tingkatannya masing-masing.Kita harus memiliki karakter tinggi sehingga mampu menjadi pemimpin dan tidak sekedar menjadi pengikut," kata Wapres.

Dalam dialog itu hadir Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar dan Gubernur NAD Irwandi Yusuf.

Usai berdilog dengan pelajar, Wapres Boediono kemudian meninjau Museum Tsunami Aceh.


Share/Save/Bookmark

Penghapusan UN Bisa Lemahkan SDM Indonesia

Peniadaan ujian nasional (UN) dalam sistem pendidikan dalam negeri bisa mengarah kepada pelemahan sumber daya manusia Indonesia, demikian pendapat anggota DPD RI HM Sofwat Hadi.

Dengan alasan itulah angota DPD dua periode asal daerah pemilihan Kalimantan Selatan ini tidak sependapat apabila ujian nasioanal ditiadakan.

Menurut Ketua Pengurus Besar (PB) Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) itu, sebagai salah satu upaya meningkatan SDM Indonesia, UN tetap harus diadakan karena berkaitan erat dengan uji kemampaun seseorang.

"Terkait masalah UN yang terjadi selama ini, mungkin sistemnya yang perlu peningkatan perbaikan atau penyempurnaan, bukan justru meniadakan UN," sarannya dalam percakapan dengan ANTARA Banjarmasin baru-baru ini.

"Masak kalau cuma karena ketidaklulusan yang disebabkan makin meningkatkan standar kelulusan, menjadi alasan untuk menghapus atau meniadakan UN. Itu kan namanya tidak rasional," lanjut mantan Wakil Ketua DPRD Kalsel itu.

Mantan aktivis PII kelahiran Banten itu sependapat, bahwa merupakan hak semua warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan. "Tapi dalam rangka uji mutu guna menghadapi tantangan global, apakah tanpa ujian," tandasnya.

"Apakah kita tidak malu dengan Malaysia yang dulu pernah berguru ke Indonesia, yang tetap mempertahankan sistem ujian nasional mereka dengan standar angka kelulusan jauh lebih tinggi, sementara kita baru nilai 5,5," lanjutnya.

"Begitu pula dengan Negara Thailand yang dulu pendidikannya tertinggal dari Indonesia, mereka menggunakan standar kelulusan dengan angka 6. Eh di Indonesia seakan ramai-ramai mau menghapus UN," tambahnya.

Pensiunan perwira menengah polisi tersebut, menduga, gerakan penghapusan UN dengan alasan melanggar Hak Azasi Manusia (HAM) itu, ditunggangi kelompok masyarakat tertentu yang menginginkan mutu SDM Indonesia lemah.

"Dengan lemahnya SDM Indonesia, maka bisa menjadi ladang subur bagi kelompol masyarakat tertentu itu, untuk menguasai dan membelokan arah dari ideologi Pancasila ke ideologi lain," tutur mantan Kadipen Polda Jawa Timur (Jatim) tersebut.

"Oleh sebab itu, kita harus waspadai gerakan-gerakan secara sistimatis yang ingin menghancurkan negara dan bangsa Indonesia serta masuk ke dalam cengkaraman baru yang bertentangan dengan Pancasila," demikian Sofwat Hadi.

Share/Save/Bookmark

Pasal Pencemaran Nama Baik Perlu Direvisi

Ketua DPR Marzuki Alie mengusulkan agar pasal-pasal tentang pencemaran nama baik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) direvisi untuk memberikan sanksi lebih keras bagi yang melanggarnya.

Usulan Marzuki Alie itu disampaikan menyusul terbitnya buku "Membongkar Gurita Cikeas" karangan George Junus Aditjondro yang isinya dianggap sebagai tudingan tanpa dasar terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Orang yang menuding tanpa dasar perlu diberikan sanksi yang berat, karenanya perlu dikoreksi pasal-pasal pencemaran nama baik. Kalau tidak, orang dengan seenaknya menuding," katanya singkat saat dihubungi di Jakarta, Minggu.

Ia mengatakan, meski belum ada kebijakan untuk menarik buku tersebut dari pasaran, materi di dalam buku itu adalah tudingan tak beralasan dan tidak mempunyai bukti yang disampaikan kepada Presiden SBY.

"Buku itu hanya tudingan dan fitnah kepada SBY," ujar Marzuki.

Menurutnya, buku tersebut merupakan penghinaan kepada SBY selaku kepala pemerintahan dan kepala negara. "Itu namanya tak menghargai pemimpin. Pemimpin, orang tua dan guru harus dihargai," ungkapnya.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono prihatin atas terbitnya buku karya George Aditjondro, namun tidak ada perintah dari Kepala Negara untuk menarik buku itu dari peredaran.

Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden Yudhoyono masih mendalami isi buku tersebut.

"Buku tersebut kan menyebutkan beberapa hal. Terkait empat yayasan yang ada di bawah Presiden Yudhoyono, yaitu Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanaan, Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dan Yayasan Mutumanikam Nusantara. Di sana disebutkan dengan fakta-fakta yang sepertinya tidak akurat, tidak mengandung kebenaran yang hakiki. Ini yang diprihatinkan Presiden," katanya.

Buku "Membongkar Gurita Cikeas" sebelumnya telah diluncurkan di Yogyakarta pada 23 Desember yang lalu. Sedangkan peluncuran di Jakarta, akan dilaksanakan pada 30 Desember di Doekoen Cafe.

Share/Save/Bookmark